Di Indonesia, bulan April identik dengan momen bangkitnya perjuangan kesetaraan hak perempuan dan laki-laki. Hal ini karena pada 21 April, tepat 144 tahun lalu telah lahir seorang perempuan yang tergerak hatinya untuk memperjuangkan kesetaraan hak perempuan, terutama dalam hal menuntut ilmu. Ya, beliau RA. Kartini.
Hingga kini, hari Kartini diperingati oleh banyak elemen masyarakat di Indonesia. Namun menurut saya, kebanyakan masyarakat memaknai hari Kartini masih sebatas seremonial saja, misalnya melalui kebaya dan aneka lomba. Padahal, sebenarnya peringatan hari Kartini punya lebih banyak makna dan peran, salah satunya untuk menjaga nyala api semangat Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan perempuan di era digital ini.
Dalam Agenda for Sustainable Development 2030 dari UNDP (United Nations Development Programe), disebutkan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan yang dapat mentransformasi dunia kita menjadi tempat yang lebih aman dan nyaman bagi kehidupan umat manusia. Salah satunya tujuan nomor 5, yaitu mendorong tercapainya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Di era Revolusi Industri 4.0, pembangunan diarahkan pada ekonomi digital dan teknologi, serta mendorong pembangunan industri di bidang Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM). Saat ini, tidak dapat dimungkiri, setidaknya ada 12,5% jenis pekerjaan yang terpangkas akibat berbagai perubahan di era digital. Masyarakat di era digital banyak mendapat kemudahan dengan adanya internet, contohnya berbagai fasilitas dan program menarik pada salah satu provider internet cepat kebanggaan negeri, yaitu IndiHome dari Telkom Indonesia.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai era Revolusi Industri 4.0, ada baiknya sedikit menengok sejarah perjuangan kesetaraan hak perempuan di negeri kita. Jauh sebelum UNDP merumuskan tujuan nomor 5 dalam Agenda for Sustainable Development 2030 di atas, R.A. Kartini telah lebih dulu membahasnya dalam surat-surat yang ditulis pada tahun 1890-an. Wow, beliau visioner sekali, ya! Namun, saya akan membahasnya dalam tulisan di lain waktu.
Sekarang, saya akan membahas upaya paling simple yang dapat dilakukan untuk menjaga semangat perjuangan Kartini tetap berkobar dan menginspirasi kita sebagai Kartini di zaman kekinian. Beberapa upaya tersebut, yaitu membaca buku dan menonton film.
Wah, kok simple banget! Beneran cuma membaca buku dan menonton film, nih? Iya, kan sudah disebutkan tadi, memang ini upaya paling simple. Tentunya, ada banyak upaya lain yang lebih kompleks dan berdampak lebih dahsyat, dong!
Namun, untuk sekarang inilah cara paling simple dalam menjaga dan me-refresh semangat perjuangan Kartini untuk menginspirasi keseharian kita, khususnya saya pribadi sebagai Mak-Emak dengan segala kerempongan khas Ibu-ibu. Dan juga, menonton streaming film ini dapat menjadi me time bagi Ibu-ibu, demi menjaga kesehatan dan kewarasan mental, tentunya selain aktivitas berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi, dong!
Membaca Buku
Pada Al-Qur’an, ayat pertama yang turun merupakan perintah untuk membaca, yakni Iqro’. Jadi, tak berlebihan kiranya kalau saya sebut, aktivitas membaca merupakan bagian dari fitrah manusia yang selalu dilakukan dalam setiap aspek kehidupan.
Dalam rangka menjaga nyala api semangat perjuangan Kartini, kita bisa membaca sumber-sumber literasi terkait emansipasi dan perjuangan perempuan yang dapat menginspirasi. Isu perjuangan perempuan itu biasanya seputar seberapa kuat kemauan dan ketangguhan kita dalam menjalani setiap ujian kesabaran, salah satu contohnya seperti yang dibahas di Novel Perempuan Penyulam Sabar.
Membaca buku dapat dilakukan secara langsung ataupun mendengarkan audiobook, ya. Berikut ini beberapa contoh buku bertema perjuangan perempuan, adalah:
- Door Duisternis Tot Licht artinya Dari Kegelapan Menuju Cahaya (1911).
- Habis Gelap Terbitlah Terang (1922).
- Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1938).
- Panggil Aku Kartini Sadja (1962)
- Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya (1979)
- Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904 (1992)
- Kartini Nggak Sampai Eropa (2008)
- Kartini, Kisah yang Tersembunyi (2016)
- Kartini: Sebuah Novel (2017)
Menonton Streaming Film
Selain membaca buku, menonton film juga dapat menginspirasi kita untuk tetap mengobarkan semangat perjuangan perempuan akan kesetaraan hak. Berikut ini 7 rekomendasi film layar lebar bertema perjuangan perempuan, hasil karya anak bangsa, di antaranya:
1. Pasir Berbisik (2001)
Karakter khas Pasir Berbisik sebagai arthouse movie atau film yang bernilai seni tinggi ini cenderung lambat, minim dialog, dan banyak menunjukkan simbol melalui keindahan gambar yang didominasi hamparan gurun pasir luas. Setting film ini mengambil lokasi di Taman Nasional Bromo Tengger, Jawa Timur.
2. Perempuan Berkalung Sorban (2009)
Film garapan sutradara Hanung Bramantyo ini berkisah tentang kehidupan Annisa (diperankan oleh Revalina S. Temat) sebagai anak Kyai di lingkungan pesantren. Keluarga Annisa dan lingkungannya berusaha mengekang kebebasan perempuan dengan berkedok dalil-dalil agama.
Film ini seolah ingin meluruskan stigma terkait nilai-nilai agama dan kesetaraan hak perempuan dalam lingkungan sosial. Pesan yang sungguh indah. Namun, sayang sekali pesan yang ingin disampaikan film ini sempat menjadi kontroversi dan mendapat banyak protes. Hal ini karena sebagian pesan tertutup oleh visualisasi gambar yang penuh adegan emosional dan KDRT.
3. Sokola Rimba (2013)
Film ini berkisah tentang Butet Manurung (diperankan oleh Prisia Nasution) dalam melaksanakan tugasnya di Lembaga Konservasi Hutan Bukit Dua Belas Provinsi Jambi. Kesehariannya mengajar anak-anak suku Rimba pedalaman hutan Jambi tersebut membawa Butet berurusan dengan para pelaku illegal logging yang berusaha merebut tanah adat masyarakat suku Rimba.
Menurut saya, film ini cukup unik ketika menceritakan sisi perjuangan perempuan dalam upaya mencerdaskan anak-anak suku Rimba. Keunikannya terletak pada pemeran utama yang mampu berbahasa asli suku Rimba dan dapat beradu akting dengan anak-anak dari suku Rimba itu sendiri, sehingga benar-benar menghidupkan suasana, memperkaya unsur budaya, serta menambah penjiwaan dalam film tersebut.
4. Tiga Srikandi (2016)
Film ini berkisah tentang perjalanan tiga atlet panahan, yang berjuang menuju Olimpiade Seoul 1988. Ketiga Srikandi Indonesia tersebut diperankan oleh Bunga Citra Lestari, Chelsea Islan, dan Tara Basro. Setiap atlet memiliki problem dan tantangan masing-masing dalam mencapai impiannya.
Film dengan setting olahraga ini juga diangkat berdasarkan kisah nyata. Dengan adu akting para pemainnya, film ini dapat menggugah kita untuk bersatu dan fokus pada semangat perjuangan mengharumkan nama bangsa di ajang olahraga tingkat internasional.
5. Surat Cinta untuk Kartini (2016)
Film besutan sutradara Azhar Kinoi Lubis ini merupakan film fiksi sejarah yang menceritakan tentang seorang tukang pos bernama Sarwadi, diperankan oleh Chicco Jeriko, yang menaruh hati pada Kartini, diperankan oleh Rania Putri Sari.
Film ini memang berbalut romansa fiksi. Namun, pola pemikiran dalam dialognya masih mengadaptasi dari sejarah RA. Kartini, yang identik dengan kobaran semangat perjuangan akan kesetaraan hak perempuan.
6. Kartini (2017)
Lagi-lagi film ini besutan sutradara Hanung Bramantyo, yang mengangkat sejarah RA. Kartini dengan keunikan tersendiri. Diperankan oleh Dian Sastrowardoyo sebagai Kartini, dan Ayushita serta Acha Septriasa sebagai adik-adik Kartini. Bertiga mereka beraksi berusaha mendobrak budaya patriarki yang tumbuh subur di kalangan masyarakat Indonesia saat itu.
Film ini mengusung inspirasi RA. Kartini dalam berjuang untuk mencerdaskan anak bangsa melalui sekolah, serta perjuangan memerdekakan perempuan Indonesia dalam hal kesetaraan hak.
7. Yuni (2021)
Film karya sutradara Kamila Andini ini berkisah tentang seorang remaja putri bernama Yuni, diperankan oleh Arawinda Kirana, yang memiliki kemampuan akademis baik, tetapi kebingungan memilih jalan hidup selepas SMA, akan melanjutkan ke bangku kuliah atau menikah. Film yang menggarap isu perempuan ini memiliki dialog yang banyak mengangkat bahasa Jawa dialek Serang.
Film ini berhasil memborong banyak penghargaan dalam dan luar negeri. Kemampuan akting Arawinda Kirana yang cukup natural, memang pantas mendapatkan penghargaan sebagai Pemeran Utama Perempuan Terbaik di ajang Piala Citra.
Menonton Film Perjuangan Perempuan
Selain 7 rekomendasi film di atas, Anda juga dapat membaca ulasan film lain yang masih bertema perjuangan wanita di situs teknologi, Pricebook. Meski film tersebut sudah lama dirilis, Anda tetap bisa menontonnya secara streaming di platform OTT (Over The Top), seperti Disney Hotstar, Netflix, Iflix, Viu, Amazon Prime, dan sebagainya.
Serunya lagi, IndiHome sebagai ISP (Internet Service Provider) anak perusahaan dari Telkom Indonesia yang mumpuni, telah bekerja sama dengan banyak platform OTT untuk menyajikan aneka pilihan hiburan bagi seluruh keluarga Indonesia, bahkan dapat menjangkau hingga ke daerah pedalaman. IndiHome dari Telkom Indonesia memang solusi internet cepat, berkelas, dan cerdas, untuk aktivitas tanpa batas. Silakan kunjungi website IndiHome untuk berlangganan paket IndiHome favorit Anda. Jangan lupa menyesuaikan kebutuhan paket internet dengan anggaran keuangan Anda, ya.
Penutup
Nah, itulah 7 rekomendasi film layar lebar bertema perjuangan kesetaraan hak perempuan, tentunya dengan pemeran utama perempuan pula. Cukup seru dan mengobarkan semangat serta menginspirasi, kan? Cocok dong, ditonton saat ngabuburit sambil memilih restoran secara online untuk dinner bersama keluarga.
Jika Anda pecinta film-film yang mengangkat isu perjuangan perempuan, yuk segera menonton streaming film-film tadi, di platform OTT pilihan Anda. Selamat menonton dan menginspirasi!
68 comments
Jadi pengen nonton habis blog walking, karena kebetulan udah langganan IndiHome nih
Nanti deh cari waktu apalagi ada di OTT ya
Btwe, terima kasih mbak rekomendasi filmnya, boleh nih buat tontonan selama libur lebaran di rumah.
Pas banget memerankan tokoh perempuan Indonesia
Mulai dari saat di Pasir Berbisik sampai Kartini
Yang lainnya insyaAllah semoga bisa ditonton pas libur lebaran, biar makin asik liburannya
Apalagi didukung pemainnya yang gak diragukan lagi aktingnya, tambah semangat untuk nontonnya, deh!
Termasuk menonton film tentang perjuangan perempuan ini ya mbak