Assalamualaikum teman-teman...
Hari ini, 25 Januari 2019 bertepatan dengan Hari Gizi Nasional ke-59, saya mau coba ngobrol sedikit tentang gizi, mumpung sesuai moment yaaa...
Nah, sebagai warga negara Indonesia, teman-teman tahu gak sih, permasalahan gizi apa aja yang saat ini dihadapi negara kita tercinta ini? Pastinya banyak yang sudah paham ya, bahwa Indonesia sudah lama menghadapi beban ganda masalah gizi (malnutrisi). Kenapa beban ganda? Ganda putra atau ganda campuran? Upss, emang badminton, hehe.
Maksudnya beban ganda masalah gizi apaan sih? Beban ganda di sini maksudnya, banyak penduduk Indonesia yang mengalami status gizi kurang bahkan gizi buruk. Hal ini merupakan rentetan gagalnya pemenuhan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan anak yang berujung pada stunting, saya pernah mengulasnya di sini.
Tetapi di sisi lain, jika kita ikuti perkembangan anak yang mengalami stunting ini, di usia dewasanya berisiko mengalami masalah gizi lebih alias obesitas, dan penyakit-penyakit degeneratif lainnya. Masalahnya jadi ganda kan?!? Bahkan dengan 2 kutub yang berbeda, gizi kurang dan gizi lebih.
Oiya, berdasar hasil kerja dan temuan-temuan dari Kemenkes, arah pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini berfokus pada tindakan promotif dan preventif. Kenapa? Karena akan memberi dampak yang lebih luas dan lebih efektif, serta lebih efisien/hemat dari segi ekonomi.
Setelah beberapa tahun ini pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur, maka sudah saatnya negara kita berinvestasi besar pada pembangunan sumber daya manusianya. Untuk itu, pembangunan kesehatan yang berkesinambungan jadi fokus yang penting banget saat ini, salah satunya didukung dari pemenuhan gizi yang tepat dan seimbang.
Balik lagi ke Hari Gizi Nasional (HGN) ke-59, Kemenkes menetapkan tema besar peringatan HGN tahun ini yaitu "Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi". Sub tema "Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif", dengan slogan, "Gizi Seimbang Prestasi Gemilang".
Nah, untuk mengaplikasikan slogan "Gizi seimbang, prestasi gemilang" itu, kita perlu paham dulu apa itu gizi seimbang. Masih ingat gak, zaman dulu sering dengar/baca slogan 4 sehat 5 sempurna? Dulu, anak TK sampai orang dewasa pasti paham dan familiar dengan slogan 4 sehat 5 sempurna itu. Kalau sekarang, kenapa diganti jadi Gizi Seimbang? Bedanya apa sih? Yuk, lanjut baca lagi.
Perbedaan mendasar konsep lama "4 sehat 5 sempurna" dibandingkan dengan konsep baru "Pedoman Gizi Seimbang (PGS)", antara lain:
A. Penekanan Pesan
Konsep lama (4 sehat 5 sempurna), menekankan pada kategori makanan yang dikonsumsi berupa makanan pokok, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu sebagai andalan pamungkasnya.
Sedangkan konsep baru (Pedoman Gizi Seimbang), selain makanan yang dikonsumsi harian, juga ditekankan 4 prinsip penting yang menyertai PGS ini, antara lain:
1. Membiasakan mengonsumsi makanan yang beragam
Negara kita merupakan negara yang kaya akan sumber pangan lokal dari masing-masing daerah. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote semua memiliki kekhasan masing-masing.
Kemenkes mungkin ingin melibatkan kearifan lokal dalam pengaplikasian konsep baru ini. Selain melibatkan kekayaan sumber pangan dari berbagai daerah, diharapkan penduduk Indonesia menjadi lebih kreatif dalam mengolah bahan pangan yang ada di daerah masing-masing.
Misalnya jika di Bandung punya sarapan khas bubur ayam, maka saudara-saudara di Manado pun punya bubur tinutuan khas Manado sebagai menu sarapan. Meski sama-sama bubur, tapi berbeda bahannya, yang mungkin disesuaikan dengan kondisi ketersediaan bahan pangan daerah setempat.
Itu cuma salah satu contoh kecil saja ya. Masih banyak menu makanan di Indonesia yang khas sesuai dengan ketersediaan pangan lokal masing-masing daerah. Silakan googling!
2. Menjaga pola hidup bersih
Nah, dari sini tampak sekali perbedaan konsep lama yang hanya merujuk pada apa yang dikonsumsi. Sedangkan konsep baru seakan ingin melihat secara global, termasuk pola hidup bersih yang menyertai makanan tersebut.
Baik dari saat proses produksi hingga hidangan tersaji. Kemudian perilaku harian juga diharapkan mengacu pada pola hidup bersih, yang tentunya akan banyak berpengaruh pada derajat kesehatan manusianya.
3. Pentingnya pola hidup aktif dan olah raga
Lebih jauh lagi Pemerintah ingin menghimbau warganya agar perlahan meninggalkan sedentary lifestyle (pola hidup kurang gerak). Pemerintah juga tidak sembarang menganjurkan hal ini lho.
Semua mengacu pada hasil riset kesehatan yang menunjukkan bahwa penduduk Indonesia sudah mulai mengarah pada perubahan pola penyakit. Dari yang zaman dulu banyak mengalami penyakit menular, kini berubah menjadi penyakit tidak menular, terutama penyakit degeneratif. Mengapa?
Pasalnya, pola hidup kurang gerak (sedentary lifestyle) telah mendominasi aktivitas harian penduduk kita saat ini, terutama di perkotaan, ya. Nah, dari pola hidup kurang gerak itu muncullah berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, gagal ginjal, dan lain sebagainya.
Dalam konsep Pedoman Gizi Seimbang (PGS) ini, pemerintah seolah berkata, "Kalau ingin hidup sehat, yuk bergerak lebih aktif dan jangan tinggalkan olah raga". Setuju?
4. Pentingnya memantau berat badan
Pentingnya Memantau IMT (Indeks Massa Tubuh) |
Akhirnya, prinsip penting yang keempat ini mendarat di topik yang cenderung sensitif. Ya, berat badan kadang menjadi hal yang sangat sensitif untuk ditanyakan bagi sebagian orang, terutama bagi wanita.
Kenapa pemerintah sampai begitu ribetnya mengajak kita untuk memantau berat badan? Eitss, jangan sewot dulu ya buibu dan makemak.
Tabel Klasifikasi IMT |
Pasalnya, berat badan ini memegang kontrol yang penting untuk menentukan derajat kesehatan seseorang. Banyak penyakit degeneratif yang ujung pangkal penyebabnya adalah masalah berat badan yang berlebih atau pola makan yang cenderung tidak sehat.
Memantau berat badan harus menjadi kebiasaan baik yang mulai diterapkan dalam keluarga. Dari lingkup terkecil dalam keluarga inilah, kontrol berat badan akan lebih efektif dan lebih ekonomis dilakukan. Setelah tahu berat badan kita berapa, lantas gimana caranya kita tahu sudah sehat dan aman dari penyakit atau belum?
Nah, angka berat badan itu kita masukkan pada rumus IMT (Indeks Massa Tubuh). Hasil penghitungan IMT inilah yang dapat dijadikan tolak ukur kita tergolong kurus, normal, atau gemuk. Setelah tahu kita berada di golongan yang mana, tentunya ada usaha untuk membuatnya lebih baik, kan.
Jika masih tergolong kurus, maka usahakan menambah berat badan hingga IMT menjadi normal. Jika sudah normal, pertahankan pola makan sehat selama ini. Jika tergolong gemuk, maka bekerja keraslah menurunkan berat badan hingga IMT berada di kategori normal. Rumus dan klasifikasi IMT bisa dilihat pada gambar ya.
B. Susu Bukan Penyempurna
Pada konsep lama (4 sehat 5 sempurna), susu merupakan penyempurna dan berada dalam kelompok yang berbeda dengan bahan makanan lain. Sedangkan pada konsep baru (PGS), susu masuk dalam kelompok lauk-pauk, karena kandungannya dominan protein dan sedikit mineral, jadi ikut dalam kelompok lauk-pauk seperti telur, daging, ikan, ayam, dan lain-lain.
Nah, jika dalam menu makanan sudah mengonsumsi lauk seperti telur, daging, ikan, ayam, dll. maka tidak perlu minum susu tidak apa-apa. Efek pentingnya di sini, bagi buibu dan makemak yang punya anak balita, biasanya sering pusing dan memaksakan diri membeli susu yang mahal hanya agar merasa tenang anaknya sudah mengonsumsi cukup makanan sehat.
Padahal, jika pola makan putra putri buibu dan makemak semua sudah bagus dan teratur, mau makan nasi lengkap dengan lauk sayur dan buah, maka tidak minum susu pun tak apa. Tapi, jika anaknya termasuk picky eater, susah mengonsumsi makanan yang beragam, maka bisa ditambah konsumsi susu untuk melengkapi asupan hariannya.
C. Penjelasan Mengenai Porsi
Piramida Makanan |
Perbedaan mencolok tampak pada aspek ke-3 ini, yaitu penjelasan mengenai porsi. Pada konsep lama (4 sehat 5 sempurna), hanya menjelaskan mengenai jenis kelompok bahan makanan, seperti makanan pokok, lauk, sayur, buah, dan susu.
Sedangkan pada konsep Pedoman Gizi Seimbang (PGS), semua dijelaskan lengkap hingga jumah porsinya. Mengapa? Karena jumlah porsi ini ternyata sangat memengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Zaman dahulu, asal ada timun seiris, atau selada selembar, sudah dianggap memenuhi pola makan sehat. Tidak begitu dengan konsep PGS saat ini.
Kebutuhan tubuh tiap orang berbeda. Jadi, jangan ditelan mentah-mentah informasi tentang jumlah porsi tiap bahan pangan ya. Semua harus melalui perhitungan yang disesuaikan dengan fakta dan realita kondisi tubuh di lapangan.
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah porsi yang disarankan untuk orang normal sehat, bisa lihat di gambar ya. Jika tubuh mengalami kondisi khusus, jumlah porsi ini tentunya bisa berubah mengikuti hasil perhitungan dan analisis saat itu, misalnya sedang sakit, hamil, menyusui, masa pertumbuhan, lansia, dan sebagainya.
D. Pentingnya Minum Air Mineral
Nah, ini satu aspek yang juga sangat berbeda dibanding konsep lama (4 sehat 5 sempurna). Pada konsep lama tidak disebutkan seberapa banyak kita harus memenuhi kebutuhan cairan tubuh harian. Apakah seharian cukup minum segelas susu tiap kali makan? Tentu tidak! Tubuh kita butuh lebih dari 3 gelas cairan per hari.
Untuk itu, pada konsep PGS ini, disarankan mengonsumsi cairan minimal 8 gelas per hari. Lagi-lagi itu untuk kebutuhan minimal, orang dewasa normal dan kondisi sehat ya. Jika mengalami kondisi khusus, harus dilakukan perhitungan serta analisa lagi agar sesuai dengan kebutuhan cairan harian tiap orang.
Misalnya kondisi setelah berolah raga berat, maka kebutuhan cairan meningkat, begitu pula pada kondisi sakit demam. Namun akan berbeda hitungan kebutuhan cairannya jika pada kondisi pasien penyakit ginjal dan luka bakar. Ingat, semua ada aturan penghitungannya, agar dicapai kondisi normal dan sehat ya.
Oke, setelah baca seluk-beluk konsep PGS, teman-teman jadi lebih paham dong!
Kalau kita lihat kembali sub tema Hari Gizi nasional tahun ini, di situ menyebutkan "Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif". Dari pernyataan tersebut terlihat jelas bahwa agen perubahan untuk membuat Indonesia lebih sehat dan produktif ya dari keluarga. Mulai dari lingkup yang paling kecil dan paling dekat, yaitu keluarga.
Jika diamati lebih teliti lagi, di situlah Ibu atau Emak atau Bunda atau Umi atau Mama atau Mami atau Mamak atau apalah itu sebutannya, memiliki andil, peran, dan tanggung jawab paling besar untuk membuat keluarganya menjadi keluarga Sadar Gizi seperti yang diharapkan dalam sub tema HGN 2019 ini.
Oleh karena itu, wahai wanita berlabel Ibu atau Emak atau Bunda atau Umi atau Mama atau Mami atau Mamak, ayo kita galang kepedulian dan kita tingkatkan komitmen untuk bersama-sama membangun keluarga sadar gizi, menuju bangsa Indonesia sehat, produktif, dan berprestasi.
Semangattt!!!
Akhirnya, Selamat Hari Gizi Nasional ke-59. Semoga kita semua bisa berpartisipasi aktif membangun Indonesia menjadi lebih sehat, lebih produktif, dan berprestasi gemilang. Semuanya dimulai dari KELUARGA!
34 comments
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Hahahahaaaa...
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Kalo gitu sayur nya diubah bentuk jadi makanan yang disukai anak mbak, misal dicampur ke adonan macaroni schotel, digoreng tepung, dll.
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih mbak Lia sudah mampir di wwww.bundamami.com
dari mulai gizi anak
pendidikan anak
pola pikirrrrr
dan segala hal
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Semoga piramid PGS-nya bisa jadi panduan untuk menyusun pola menu harian di rumah yaaa..
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com
Makasih sudah mampir di wwww.bundamami.com