Ayo Cegah Stunting
Setiap tanggal 25 Januari, negara kita memperingati Hari Gizi Nasional. Nah, di Hari Gizi Nasional tahun 2018 ini, Kemenkes mengusung tema “Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi” dan sub tema “Mewujudkan Kemandirian Keluarga dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk Pencegahan Stunting”.
Beberapa lembaga pemerintah maupun nonpemerintah pun ikut menggaungkan slogan 1000 HPK ini dengan berbagai variasi susunan kata namun tetap dengan makna yang sama, salah satu contohnya “1000 Hari Pertama Ananda” dari GNFI (Good News From Indonesia) ini.
Seribu hari pertama ananda ini erat kaitannya dengan perbaikan gizi, khususnya stunting. Di sini saya akan membahas seputar isu stunting. Mengapa?
Alasannya pertama, karena perbaikan gizi sangat penting perannya dalam rangka menuju bangsa Indonesia yang sehat berprestasi, seperti tema Hari Gizi Nasional 2018 tadi. Memang terdengar klise. Namun, tanggung jawab untuk mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang sehat berprestasi memang berada di pundak kita semua, warga Indonesia ini, termasuk saya. Meski saya tidak banyak berperan, tapi setidaknya saya bisa menularkan semangat positif untuk mengedukasi masyarakat sekitar mengenai pemahaman pentingnya mencegah stunting pada 1000 hari pertama ananda.
Kedua, karena sebagian besar masyarakat kita belum menganggap stunting sebagai masalah yang harus dicari solusinya. Sebagian besar orang masih menganggap stunting adalah hal biasa, normal, dan terkait dengan genetik yang tidak dapat diubah.
Padahal, kita bisa mengupayakan pencegahan stunting ini melalui 1000 Hari Pertama Ananda yang meliputi 3 hal, yakni pola makan, pola asuh, dan sanitasi lingkungan. Ketiga hal tersebut harus dioptimalkan pada 1000 hari pertama ananda. Seribu hari ini terdiri dari 270 hari (9 bulan 10 hari) saat di dalam kandungan dan 730 hari di luar kandungan (usia bayi 0-24 bulan).
Stunting dari segi bahasa bermakna “kerdil”. Sejalan dengan makna itu, menurut WHO, stunting berarti kondisi gagal tumbuh dan berkembang pada anak yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi kronis, infeksi berulang di awal usianya, dan stimulasi psikososial yang kurang memadai.
Stunting salah satunya ditandai dengan tinggi badan anak yang cenderung lebih pendek dibanding anak seusianya. Kondisi stunting ini bersifat permanen jika tidak segera diatasi dalam kurun waktu 1000 hari pertama kehidupan.
Saat janin kekurangan asupan gizi di dalam kandungan, janin tersebut melakukan upaya adaptasi metabolisme di dalam tubuhnya. Pada tahap selanjutnya (usia 0-24 bulan), bayi tersebut tetap harus mengejar kekurangan asupan gizi yang dialami saat di dalam rahim.
Ketika asupan zat gizi saat usia 0-24 bulan belum juga memadai, maka bayi tersebut akan mengalami beberapa keterlambatan tahap tumbuh kembang. Jika tidak segera dilakukan koreksi asupan gizi dan stimulasi psikososial yang optimal, maka mengakibatkan level IQ yang rendah dan penyakit degeneratif di usia dewasanya kelak, yang akhirnya berujung pada kualitas SDM yang berdaya saing rendah pula.
Pencegahan stunting pada 1000 hari pertama ananda ini melalui meliputi 3 hal penting, yakni:
Pola Makan
Pola makan di sini meliputi pola makan Ibu dan anak. Pola makan Ibu yang harus diperhatikan ini tidak hanya saat hamil saja, namun juga fase sebelum hamil (lazim dikenal sebagai masa prakonsepsi) dan fase sesudah hamil (saat menyusui).
Masa prakonsepsi penting dalam mempersiapkan tubuh calon Ibu agar siap menerima dan menjaga kehamilan. Pada masa prakonsepsi ini, calon Ibu dapat mengonsumsi aneka makanan dengan kandungan tinggi asam folat. Mengapa?
Pasalnya, asam folat ini sangat bermanfaat untuk masa sebelum, saat, dan sesudah kehamilan. Misalnya meningkatkan kualitas sel telur dan rahim sehingga lebih siap untuk proses pembuahan, mencegah keguguran dan cacat lahir karena berperan penting dalam pembentukan sel tabung saraf pada tulang belakang dan otak janin, serta membantu perkembangan plasenta, dll.
Selain dari suplemen, asam folat juga dapat diperoleh dari bahan makanan alami yang dikonsumsi sehari-hari, misalnya sayuran hijau, buah-buahan, biji-bijian, salmon, daging tanpa lemak, susu, dll.
Pola makan saat hamil dan menyusui, tidak jauh berbeda dengan masa prakonsepsi, namun dengan penambahan jumlah kalori yang disesuaikan dengan kebutuhan saat itu.
Selanjutnya pola makan anak. Pada masa 0-24 bulan, bayi mengalami beberapa fase terkait asupan gizinya, antara lain proses IMD, ASI Ekskusif, ASI ditambah MPASI.
Pertama, sesaat setelah dilahirkan yaitu proses IMD. IMD (Inisiasi Menyusu Dini) merupakan proses saat bayi mulai menyusu sendiri sesaat setelah dilahirkan (sebelum bayi dimandikan, tubuh bayi hanya dikeringkan kecuali bagian tangan).
Pada 1 jam pertama sejak dilahirkan, bayi harus segera disusukan pada ibunya. Bukan untuk memperoleh nutrisi tetapi lebih kepada pembelajaran atau membiasakan bayi mulai mengisap puting payudara dan juga mempersiapkan tubuh Ibu untuk memproduksi kolostrum dan ASI. IMD ini sangat penting, karena sebanyak 22% kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila bayi disusukan pada ibunya dalam 1 jam pertama kelahiran.
Kedua, fase usia 0-6 bulan yaitu masa ASI Eksklusif. Definisi ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan tanpa tambahan makanan atau cairan apapun lainnya.
Pada masa ini bayi mengalami percepatan pertumbuhan yang luar biasa tinggi. Percepatan pertumbuhan ini dapat dipantau melalui berat badan bayi yang dicapai tiap bulan. Berat badan ideal bayi pada usia 0-12 bulan dapat dihitung melalui rumus: BBI Bayi = (umur (bln) / 2 ) + 4.
Pertambahan berat badan setiap bayi berbeda-beda, hal ini sangat bergantung pada asupan nutrisi dan kondisi emosi ibu, frekuensi dan durasi bayi menyusu, proses perlekatan saat menyusu, dan banyak faktor lainnya. Jika berat badan dan perkembangan kemampuan bayi meningkat normal sesuai usianya, berarti proses ASI eksklusif tersebut berhasil dan berjalan lancar.
Ketiga, proses setelah lulus ASI ekskusif (usia 6-24 bulan). Pada usia ini, bayi tetap mendapatkan ASI secara penuh, namun dengan penambahan MPASI (Makanan Pendamping ASI) dengan porsi dan tekstur yang bertahap.
Pemberian MPASI dilakukan saat bayi berusia 6 bulan, karena pada usia ini sistem organ dan metabolisme di dalam tubuh bayi telah matang sempurna dan siap menerima asupan dengan tekstur dan variasi bahan makanan yang lebih beragam.
Saat fase pemberian MPASI inilah terkadang beberapa bayi mengalami kendala, misalnya alergi, sembelit, gerakan tutup mulut (GTM), dll. Biasanya pada masa-masa ini pula mulai tumbuhnya gigi si kecil. Pada umumnya, bayi yang sedang tumbuh gigi mengalami rasa tidak nyaman di gusi sehingga kebanyakan menolak untuk makan.
Dalam kondisi seperti inilah ASI masih dapat menolong untuk memenuhi asupan gizi bayi. Jangan sampai asupan gizi bayi tidak memadai, karena berakibat pada gagal tumbuh dan berujung pada stunting tadi. Usahakan asupan harian bayi selalu memadai dan sesuai dengan usia, berat badan, serta kebutuhan kalori hariannya.
Pola Asuh
Pola asuh positif juga tak kalah penting dibanding pola makan dalam mencegah terjadinya stunting. Pola asuh yang positif senantiasa menerima apapun kondisi dan minat anak, mendukung anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar, menstimulasi anak dengan hal-hal yang menyenangkan dan bermanfaat untuk perkembangan kognitif serta motoriknya.
Selain itu, jangan lupa untuk lebih sering memeluk dan berinteraksi langsung dengan anak. Di zaman canggih yang serba gadget ini, kebanyakan orang tua mulai menyerahkan pengasuhan pada gadget dan aneka rupa aplikasi.
Di satu sisi, kecanggihan itu memang dapat membantu anak mempelajari hal-hal baru. Namun, di sisi lain kecanggihan aneka gadget tersebut tetap tidak mampu menandingi dahsyatnya manfaat sentuhan dan pelukan orang tua untuk anaknya.
Saat orang tua mencurahkan kasih sayang melalui pelukan dan sentuhan lembut pada si kecil, saat itu pula ratusan bahkan jutaan sel saraf akan terhubung dan membuat sinapsis-sinapsis hingga otak anak senantiasa aktif dan membentuk pola-pola berpikir yang sangat bermanfaat untuk perkembangan kognitifnya kelak.
Sanitasi Lingkungan
Aspek yang juga sangat penting untuk mencegah stunting adalah sanitasi lingkungan yang baik. Dengan sanitasi lingkungan yang baik, harapannya anak tidak terpapar virus dan bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi berulang di periode awal usianya.
Bayi berusia 0-24 bulan masih memiliki sistem imun yang belum sempurna, untuk itulah sanitasi yang baik dan pemberian ASI sangat dibutuhkan sebagai "perisai" tubuh dalam menangkal virus dan bakteri yang akan menyerang.
Sanitasi ini meliputi kebiasaan mencuci tangan dengan baik dan benar, kebiasaan Ibu dalam membersihkan BAK dan BAB bayi serta aneka peralatan keperluan bayi, kondisi kamar bayi dan rumah yang senantiasa terjaga kebersihannya, serta orang-orang serumah yang selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat terutama saat berinteraksi dengan bayi.
Kesimpulan
Nah, itulah beberapa cara untuk mencegah dan mengatasi stunting. Semua perlu diusahakan sejak dini. Balita bebas stunting merupakan salah satu bekal kemajuan bangsa ini di masa depan. Ayo, cegah stunting!
#1000HariPertamaAnanda #1000HariTerbaik
8 comments
Semoga banyak ibu-ibu yang berkesempatan membacanya